Abu Ja’far al-Manshur tengah dirundung
duka. Allah Ta’ala mengundang bibinya, Hamadah. Dia bergegas mendatangi
rumahnya. Bertakziah sebagaimana disunnahkan oleh Rasulullah Shallalahu
‘Alaihi Wa sallam. Setibanya Abu Ja’far al-Manshur, di rumah duka sudah
datang banyak orang. Salah satunya adalah Abu Dulamah. Seorang yang
terkenal jenaka. Suka melawak.
Abu Dulamah juga bertugas menggali kubur.
Dengan tenaganya yang kuat dia menggali tanah satu cangkul demi cangkul
lainnya. Tak jauh dari sana, jenazah Hamadah sudah menunggu. Dalam
keadaan terbungkus kain kafan.
Abu Ja’far al-Manshur lantas mendekati
Abu Dulamah. Dengan intonasi bertenaga, Abu Ja’far al-Manshur bertanya,
“Wahai Abu Dulamah, apa yang engkau persiapkan untuk liang kubur?”
Dengan trengginas, Abu Dulamah pun menjawab, “Aku mempersiapkan untuk Hamadah, bibinya Amirul Mukminin.”
Mendengar jawaban jenaka nan cerdas dari
Abu Dulamah, Khalifah Abu Ja’far al-Manshur pun tertawa agak keras.
Betapa laki-laki itu benar-benar seorang yang pandai bercanda, tapi
sarat hikmah. Tiada kedustaan di dalam candaannya. Tapi terdapat hikmah
yang agung.
***
Tersebutlah seorang laki-laki yang
bernama Asy’ab. Oleh masyarakat sekitar, laki-laki ini dijuluki si
Tamak. Dalam beberapa hari terakhir, Asy’ab diberitakan tengah belajar
hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Sepulangnya ke masyarakat dan berbaur,
orang-orang saling bertanya, “Wahai Asy’ab, apa yang engkau dapatkan
dalam beberapa hari terakhir?”
“Aku telah belajar hadits. Telah
diriwayatkan secara marfu’ dari Abdullah bin ‘Abbas, Ikrimah mengatakan
bahwa Allah Ta’ala menyukai dua sifat.”
Saat Asy’ab berhenti sejenak, orang-orang saling bertanya, “Apakah dua sifat yang disukai oleh Allah Ta’ala?”
Kata Asy’ab datar tanpa merasa bersalah,
“Ikrimah melupakan satu sifat (hanya menyampaikan satu sifat), dan aku
melupakan satu sifat (yang disampaikan oleh Ikrimah kepadanya).”
***
Kawan, bercandalah. Tapi, jangan ada
dusta di dalam canda-canda kita. Bercandalah sebagaimana diteladankan
oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, para sahabat, dan generasi
setelahnya. Bercandalah dengan bijak. Canda yang mampu menjernihkan
jiwa, menyegarkan pikiran, dan menyehatkan badan.
Jangan berlebih-lebihan. Jangan berdusta hanya karena ingin mengundang tawa orang-orang yang mendengarkan candaan kita.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
0 Response to "Jangan Tertawa setelah Membaca Dua Kisah Lucu Ini!"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.